Kamis, 12 Maret 2015

Kompetisi Matematika-IPA dan Budaya Yogyakarta

Buat siswa siswi kelas 4 dan 5 SD ..... buktikan kepiawaian kalian pada 
Kompetisi Matematika-IPA dan Budaya Yogyakarta

Dalam rangka memberikan semangat berkompetisi antar pelajar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Lembaga Pendidikan Primagama se Yogyakarta akan mengadakan Kompetisi Matematika-IPA dan Budaya Yogyakarta. Acara ini sekaligus dalam rangka memeriahkan ulang tahun Lembaga Pendidikan Primagama yang ke 33.

Kegiatan ini, disamping bermuatan mata pelajaran Matematika dan IPA, kami juga memasukkan materi berupa BUDAYA YOGYAKARTA. Hal ini dimaksudkan agar pelajar Yogyakarta lebih mengenal betul kekayaan budaya lokal di Yogyakarta, yang selama ini lambat laun tergerus oleh arus globalisasi dan budaya dari barat.


Peserta adalah pelajar kelas 4 dan 5 SD/MI di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


Rabu, 11 Maret 2015

Juara Umum International Mental Arithmetic 2015


Tim Matematika SD Muhammadiyah Sapen berhasil berjaya menyabet gelar Juara Umum di ajang  Kompetisi Mental Aritmatika dan Matematika, IMARIA 2015 yang diselenggarakan oleh International Mental Arithmetic (IMA) di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul, Minggu (8/3/2015). Dari 1270 peserta, SD Muhammadiyah Sapen berhasil menyabet 6 gelar juara dari berbagai tingkatan kelas. Juara yang diraih adalah : Retta Bela Navita Juara 1 kelas 3, Muhammad Ridlo Juara 2 kelas 4, Averoes Firasy Ilman Tuasikal Juara 3 kelas 5, Ikfina Ilma Juara 3 kelas 2, Radja Attas Kautsar Juara harapan 1 kelas 3, dan Novin Rausan Juara Harapan 1 kelas 1.



Ketua Panitia IMARIA 2015, Chandra Widyadewa mengatakan  kompetisi ini bertujuan untuk merangsang kreativitas, kecerdasan berfikir anak, dan menumbuhkan kesadaran tinggi akan pentingnya pembinaan pendidikan terhadap anak. Lomba ini terbagi dua, lomba aritmatika dan lomba matematika umum. Menurut Chandra, konsep lomba dalam kompetisi ini di buat berbeda. Ia mencontohkan dalam lomba aritmatika. “Kami mencoba merangsang otak kiri siswa untuk bekerja dalam mengerjakan soal, mereka dipaksa untuk membayangkan sempoanya. Itulah mengapa ini disebut kompetisi mental,” kata Chandra.